Kunjungan China ke Myanmar memiliki pengaruh yang kecil, tetapi minat tertunda — warungku – Warungku Terkini

Beberapa kunjungan baru-baru ini oleh pejabat tinggi China ke Myanmar tampaknya menjadi bagian dari upaya Beijing untuk melawan pengaruh AS di negara itu, tetapi para pemimpin pemberontak memperingatkan bahwa melawan rezim adalah salah perhitungan. Dalam kekuatan.

Dalam hampir 27 bulan sejak kudeta militer, China telah menjadi sekutu terkuat Myanmar.

Setelah kudeta, sebagian besar Barat menghindari Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Min Aung Hlaing, tetapi Beijing mendukung Nay Pyi Taw setelah tindakan keras terhadap oposisi. Investasi asing telah meninggalkan negara bermasalah itu, tetapi investor China berbondong-bondong ke sana. Meskipun pengenaan sanksi internasional terhadap junta, perdagangan antara kedua negara tetangga tetap tidak stabil.

Namun, setelah Presiden AS Joe Biden menandatangani Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA) menjadi undang-undang pada akhir Desember, beberapa pejabat China telah melakukan beberapa kunjungan ke Myanmar sejak awal tahun dalam upaya untuk memperkuat pengaruh Beijing. Ini membantu kekuatan demokrasi Myanmar.

“Cina telah meningkatkan hubungan dengan rezim militer Burma,” kata seseorang kepada warungku tanpa menyebut nama, mengutip masalah keamanan. “Tiongkok tampaknya prihatin dengan NDAA AS dan Undang-Undang Burma. “Itulah mengapa saya berusaha mempertahankan pengaruhnya dengan menjalin lebih banyak hubungan dengan para pemimpin militer,” katanya.

Di antara ketentuan yang termasuk dalam NDAA adalah rencana untuk mendukung mereka yang memperjuangkan militer yang lebih baik dalam demokrasi Myanmar — pemerintah kesatuan etnis bayangan Myanmar. Pasukan Pertahanan Rakyat anti-rezim kelompok paramiliter dan tentara etnis dengan berbagai teknik – bantuan mematikan.

Bidang operasi yang diketahui

Peng Xiubin, direktur Departemen Hubungan Internasional Partai Komunis China, mengunjungi Nay Pyi Taw pada 16 April dan diam-diam bertemu dengan mantan pemimpin junta militer, Jenderal Than Shwe, yang memerintah Myanmar dari 1992 hingga 2011. U Sein adalah presiden pemerintahan semi-sipil dari 2011 hingga 2016.

Usai kunjungan Phon Dua Shin, muncul laporan bahwa Jenderal Min Aung Hlaing bertemu dengan kedua mantan pemimpin itu untuk membahas situasi politik di Myanmar.

Kunjungan Feng mengikuti kunjungan utusan khusus China untuk Asia, Deng Xijun, pada bulan Februari dan Maret, yang bertemu dengan kepala junta dua kali. Hanya dua bulan sebelumnya, duta besar China dipanggil untuk bertemu dengan pasukan etnis dari Myanmar utara melintasi perbatasan di Provinsi Yunnan, China barat daya.

U Thein Tun Oo, direktur eksekutif studi strategis di Institut Thoningga, sekelompok mantan perwira militer, menggambarkan peningkatan pembicaraan antara junta dan pejabat China sebagai upaya Beijing untuk menyeimbangkan pengaruh AS di wilayah tersebut.

“Amerika Serikat bukan lagi satu-satunya negara yang bisa mendominasi dunia,” katanya. “Di tengah perubahan politik dunia seperti itu, Myanmar dan China, yang memiliki perbatasan yang sangat panjang, perlu bekerja sama lebih erat. Poin utamanya adalah bahwa hubungan China-Myanmar akan berkembang berdasarkan ini.”

warungku mengirim email ke kedutaan China di Yangon untuk menanyakan tentang frekuensi kunjungan pejabat tinggi pemerintah China ke Nay Pyi Taw dalam beberapa bulan terakhir dan situasi politik di Myanmar dan sikap Beijing, tetapi tidak ada jawaban.

Pemerintah China mengatakan pada konferensi pers reguler. Diadakan di Beijing pada 17 Maret.Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menyebut Myanmar sebagai tetangga yang baik dan mengatakan Beijing mengikuti dengan cermat situasi di sana dan berharap mencapai penyelesaian melalui negosiasi di antara semua pihak yang terlibat.

Ini terkait dengan perdamaian.

Pakar urusan China U Hla Kyaw Zo mengatakan kepada warungku bahwa China akan dapat mengimplementasikan kepentingan Myanmar hanya jika Myanmar damai.

“Jika Myanmar damai, China dapat melanjutkan investasi dan proyek,” katanya. “Alasan mengapa China menginginkan perdamaian di Myanmar adalah untuk kepentingan ekonominya.”

Di antara proyek-proyek besar yang didukung oleh China di Myanmar adalah Rencana Perkotaan Baru Yangon, Proyek Energi Milin Jai Wilayah Irrawaddy, Proyek Tembaga Lepantaung Wilayah Sagaing dan Pelabuhan Laut Dalam dan Zona Ekonomi Khusus Kyauk Phyu Negara Bagian Rakhine.

Menurut ISP-Myanmar, sebuah kelompok riset independen, perkeretaapian Myanmar, jalan, zona ekonomi khusus; Ada 35 proyek Koridor Ekonomi Tiongkok-Myanmar, termasuk pelabuhan laut dan proyek perkotaan.

Analis politik Than Soe Naing setuju bahwa hubungan Beijing dengan junta memajukan kepentingan strategisnya.

“Saya melihat China bekerja sama dengan militer untuk mempertahankan dan memperluas kepentingan ekonominya di Myanmar, seperti proyek pelabuhan laut dalam Kyaukpyu yang strategis di Beijing untuk mendapatkan akses ke Samudera Hindia,” katanya.

Than Soe Naing mengatakan bahwa China sedang mencoba melepaskan diri. [ethnic armies] Kelompok revolusioner anti-junta di Myanmar utara menggunakan dalih untuk menciptakan perdamaian…”

Tapi China, katanya, “benar-benar bekerja untuk mengeksploitasi konflik internal Myanmar dengan mencoba memegang semua kunci situasi.”

Tidak stabil dengan rezim.

U Kyaw Zao, juru bicara Kantor Kepresidenan Pemerintah Persatuan Etnis, memperingatkan bahwa China akan membawa stabilitas ke Myanmar hanya jika kekuatan demokrasi berhasil melawan junta. Dia mengatakan hanya jika ada stabilitas di Myanmar, China akan dapat mewujudkan tujuan ekonominya.

“Myanmar tidak akan damai selama ada rezim militer,” katanya. “Hanya rezim militer yang akan membuat negara semakin beringas dan terus menyiksa rakyat. Itu sebabnya negara tidak stabil [the junta]”

Jika tidak ada stabilitas di Myanmar, perkembangan negara tetangga. U Kyaw Zo menambahkan bahwa hal itu dapat mempengaruhi keamanan dan ekonomi.

Menurut ISP-Myanmar, nilai investasi asing di Myanmar dari Februari 2021 hingga April 2022 berjumlah lebih dari 4 miliar dolar AS, lebih dari dua pertiganya berasal dari warga negara China.

Diterjemahkan oleh Myo Min Aung. Diedit oleh Joshua Lipes dan Malcolm Foster.